Minggu, 20 Juni 2010

an-nafs

NAFS

PENGERTIAN AN-NAFS

Nafsu secara etimologi Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf akhlaq, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya. dalam KBBI sebagai berikut :
naf•su n 1 keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yg kuat: krn kecewa, -- nya untuk belajar mulai berkurang; 2 dorongan hati yg kuat untuk berbuat kurang baik; hawa nafsu: tidak mungkin hal baik itu dilakukan tanpa melawan -- pribadi; 3 selera; gairah atau keinginan (makan): ikan asin dan sayur asam menambah -- makan; 4 panas hati; marah; meradang: -- nya meluap ketika melihat saingannya itu;
-- nafsi, raja di mata, sultan di hati, pb berbuat sekehendak hati sendiri;
-- amarah 1 dorongan batin untuk berbuat yg kurang baik, terutama marah; 2 kemarahan; panas hati; -- iblis dorongan batin untuk melakukan tindakan yg mengarah pd kemaksiatan atau kejahatan; -- lawamah dorongan batin untuk mengikuti jalan kebaikan dan kebenaran; -- mutmainah dorongan batin untuk mempertahankan diri dr segala kejahatan krn selalu ingat kpd Allah; -- radiah dorongan batin yg diridai Allah Swt.; -- setan nafsu iblis; -- tabiat ark naluri; insting;
ber•naf•su v mempunyai keinginan (dorongan atau gairah hati); ada nafsu; dng nafsu: aku jadi ~ untuk mengusutnya; tidak ~ membeli barang yg mahal-mahal; ia tidak ~ lagi bekerja di kantor itu
Adapun pengertian hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita yang cenderung negatif baik bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan tubuh kita seperti makanan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya, Nafsu yang bersifat maknawi yaitu, nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pinter, paling berperan, paling hebat, nafsu ingin disanjung dan lain-lain.Hawa nafsu inilah yang mengakibatkan pengaruh buruk / negatif bagi manusia
Imam Ibnul Qayyim berkata : "orang-orang yang berjalan dijalan menuju Allah telah bersepakat bahwa nafsu merupakan suatu faktor yang menghalangi hati untuk sampai kepada Rabb-Nya (Allah). Dan seseorang tidak mungkin akan sampai kepada Allah Ta'ala kecuali setelah dia mampu mematikan (nafsu) nya. Oleh karena itu, manusia dibagi menjadi dua macam :
• Manusia yang dikalahkan oleh hawa nafsunya, maka nafsu itupun kemudian membinasakanny.
• Manusia yang mempu mengalahkan hawa nafsunya, maka nafsu itupun menjadi penolongnya untuk menyelesaikan urusan-urusannya.
TIPOLOGI AL-NAFS

1. Nafsu Amarah
Yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik. Bahkan, karena kebiasaan berbuat keburukan tersebut, bila mana dia tidak melakukannya, maka dia akan merasa gelisah, sakau dan gundah gulana.
Allah SWT berfirman dalam al-qur’an
Artinya: Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku (QS. Yusuf : 53).

2. Nafsu Lawwamah
Yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi.
Ustadz Arifin ilham pernah mengatakan , bahwa orang yang masih memiliki nafsu lawammah ini biasanya disaat ia melakukan maksiat/dosa maka akan timbul penyesalan dalam dirinya, namun dalam kesempatan lain ia akan mengulangi maksiat tersebut yang juga akan diiringi dengan penyesalan-penyesalan kembali. Selain itu ia juga menyesal kenapa ia tidak dapat berbuat kebaikan lebih banyak Nafsu ini tergolong pada tahap kedua, nafsu ini disinyalir Al-Qur’an :
Artinya : Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al- Qiyamaah : 2).

3. Nafsu Mutmainnah
Yakni jiwa tenang, tentram, karena nafsu ini tergolong tahap tertinggi, nafsu yang sempurna berada dalam kebenaran dan kebajikan, itulah nafsu yang dipanggil dan dirahmati oleh Allah SWT, Sebagaimana firman-Nya:
Artinya : Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. (QS. Al - Fajr : 27-28).
Dalam ayat lain Allah menghiburnya yaitu : Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. (QS. Asy – Syams : 9).


Al-Quran menegaskan bahwa pada dasarnya nafs diciptakan Allah SWT dalam keadaan sempurna. Sebagai perangkat dalam (rohani) manusia, nafs dicipta secara lengkap, diilhamkan kepadanya kebaikan dan keburukan agar ia dapat mengetahuinya. Dan (demi) jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. al-Syams / 91:7-11).

Nafs adalah al-jawhar atau substansi yang menyebabkan manusia berbeda kualitasnya dengan makhluk yang lain, yakni yang menyebabkan manusia maupun menggagas, berfikir dan merenung, kemudian dengan gagasan dan pikirannya itu manusia mengambil keputusan, an dengan pikirannya itu manusia juga dapat menangkap rambu-rambu dan simbol-simbol yang membuatnya harus memilih jalan mana yang harus ditempuh.

Menurut al-Quran, nafs memiliki kemerdekaan dan memiliki peluang apakah kemudian cenderung kepada kebaikan dan alergi kepada keburukan atau sebaliknya, bergantung kepada faktor-faktor yang mempngaruhinya. Faktor terpenting dalam hal ini adalah bagaimana manusia mengendalikan kodrat fitriahnya, tabiat individualnya serta daya responnya terhadap lingkungan sebelum melakukan suatu perbuatan.

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan. Terlepas dari segala pro kontra teori ini, Psikoanalisis harus diakui sebagai bagian penting dari kekayaan dunia Psikologi modern. Dan ketika kita mulai menjelajahi “jiwa” teori ini maka kita akan menemukan bahwa teori ini tak dapat dilepaskan dari peran seorang Freud, meski sebenarnya dia bukanlah orang yang pertama mengemukakan teori kepribadian yang berkaitan dnegan alam bawah sadar ini, Melalui eksperimen panjang dan melelahkan, Freud akhirnya berhenti pada sebuah kesimpulan bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadarnya, sehingga tingkah laku individu banyak didasari oleh hal-hal yang juga tak disadari, seperti keinginan, impuls atau dorongan. Keingan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bahwa sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Menurut al-Quran, nafs memiliki kemerdekaan untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan dengan alat bantu yang tersedia, memungkinkannya memilih jalan atau mengubah keputusan, sehingga suatu nafs memutuskan untuk memilih jalan yang menuju kepada martabat takwa, dan di waktu yang lain menyimpang ke jalan yang sesat.

Dalam surat al-Isra / 17:15 disebutkan, Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah SWT, maka sesungguhnya ia telah berbuat bagi keselamatan dirinya, dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya ia tersesat (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain dan Kami tidak mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul.

Sejalan dengan kemerdekaan yang diberi oleh Allah SWT, nafs juga diberi tanggung jawab dan otonomi. Seperti dijelaskan ayat diatas, bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan Tuhan tidak akan memberi azab sebelum terlebih dahulu memberi rambu-rambu yang harus dipatuhi melalui rasulnya. Kemrdekaan dan tangung jawab nafs itu diberikan sedemikian rupa hingga tuhan mengingatkan bahwa Dia mengetahui sisi dalam yang disembunyikan manusia. Surat Qaf / 50:16 menyebutkan bahwa apa yang dibicarakan oleh nafs yang tidak mendengar oleh panca indra manusia, diketahui oleh Allah SWT. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (QS. Qaf / 50:16

Pengendalian nafsu

“Nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. “

Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.


Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.
Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi berikut :
• Tekad membara yang membakar kecemburuannya terhadap dirinya.
• Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu. kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.
• Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.
• Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu. Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.
• Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.
• Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya, membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan! Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh. (At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).
• Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.
“Janganlah sampai hewan ternak lebih baik keadaannya daripada dirimu! Sebab dengan tabiat yang dimilikinya, hewan tahu mana yang berguna dan mana yang berbahaya bagi dirinya. Hewan ternak lebih mendahulukan hal-hal yang berguna daripada hal-hal yang membahayakan. Manusia telah diberi akal untuk membedakannya, jika ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang berbahaya atau mengetahui tetapi lebih mendahulukan yang membahayakan dirinya maka jelas hewan ternak lebih baik dari pada dirinya.”
DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu dan M. Umar.1992. Psikologi Umum. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Boeree, C. George.2005. Personality Theories, (penerjemah: Inyiak R). Yogyakarta: Prisma.

Corey, Gerald.2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (penerjemah: E. Koeswara). Bandung: PT Refika Aditama.

Freud, Sigmund.2002. Psikoanalisis, (penerjemah: Ira Puspitarini). Yogyakarta: Ikon.
2003. Teori Seks, (penerjemah: Apri Danarto). Yogyakarta: Jendela.


Kartono, Kartini.1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Koeswara, E.1991. Teori Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.